14 Juli 2009

Daftar Tanaman untuk Pestisda Nabati

Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati

Biji Bengkuang

Link terkait: Contoh Pembuatan Pestisida Nabati

No.
Nama Tumbuhan
Bagian tumbuhan
Kandungan Bahan Aktif
Jenis Pestisida
1
Patah tulang
daun
Moluskisida
2
Tefrosia (kacang ikan)
daun
Tephrosin, deguelin
Moluskisida
3
Sembung
daun
Borneol, sineol, limonen, eimetil eter floroasetofenon
Moluskisida
4
Babadotan
Duan, bunga, batang, akar
Saponin, fivanoid, pilifenol
Insektisida
5
Lempuyang gajah
rimpang
Insektisida
6
Lempuyang emprit
rimpang
Insektisida
7
Salam
daun
Perangsang tumbuh
8
Meulaluka (daun wangi)
daun
metyleugenol
Pemikat
9
Jeringau
rimpang
Asaron, kolamenol, kolamen, kolameon, metileugenol, dan eugenol
Insektisida
10
Kecubung
biji
scopolamin
Insektisida
11
Mimba
biji
azadirachtin
Insektisida
12
Mindi
Biji, daun
azadirachtin
Insektisida
13
Bitung
biji
Saponin, tritepenoid
Insektisida
14
Piretrum
Bunga, tangkai bunga
piretrin
Insektisida
15
Bengkuang
biji
pachirrizid
Insektisida
16
Legundi
daun
Insektisida
17
Serai dapur
daun
Insektisida
18
Bawang putih
umbi
Penolak
19
Nilam
daun
Insektisida
20
Saga
biji
Tanin, toksalbumin
Insektisida
21
Tuba
akar
rotenon
Racun ikan, moluskisida, insektisida, penolak
22
Kipahit/kisutra
daun
Penolak
23
Secang
Daun, bunga, biji
Insektisida
24
Brotowali
batang
Insektisida
25
Sirsak
Daun, biji
annonain
Insektisida, larvasida
26
Srikaya
biji
Annonain, resin
Insektisida
27
Jambu mete
Kulit biji
Anarkadat, kardol
Insektisida, fungisida, bakterisida
28
Mahoni
Biji
Insektisida
29
Picung
Biji, daun
Asam sianida
Insektisida
30
Gadung racun
Umbi
Dioskorin
Rodentisida
31
Gadung KB
Umbi
Diosgenin, saponin
Rodentisida
32
Suren
Daun
Surenon, surenin, surenolakton
Insektisida
33
Kenikir
Daun, bunga
Pepeirton, terhtienil
Nematisida
34
Zodia
Daun, bunga
Evodiamin, rutaecarpin
Insektisida
35
Kamalakian
Biji
Recinin
Insektisida
36
Selasih
Daun, bunga
Metyleugenol
Pemikat
37
Cengkeh
Bunga, tangaki bunga, daun
Minyak atsiri
Fungisida
38
Tembakau
Daun, batang
Nikotin
Penolak, Insektisida, akarisida
39
Jengkol
biji
Asang jengkolat, ureum, belerang
Pengusir tikus
40
Jarak
Semua bagian tanaman
Ricin
Insektisida, nematisida, fungisida
41
Klerak/lerak
buah
Saponin
Insektisida

Read more...

3 Juli 2009

DARI TANAH KEMBALI KE TANAH

Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar.
Proses ini berlangsung lama. Unsur hara dan bahan organik tanah semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk- pupuk kimia anorganik. Bahan- bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.
Gambar 1. Jerami dari sisa panen padi
Jerami yang dihasilkan dari sisa- sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.
Gambar 2. Seresah dan sisa-sisa daun dapat juga dibuat kompos
Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan batang pisang, atan daun- daun tanaman dapat juga dibuat kompos. Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos.
Batang kayu, bamboo, ranting- ranting pohon, atau tulang juga termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras. Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.
Waktu Pengomposan
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.
Keunggulan Cara Ini
Mudah . Cara pembuatannya sangat mudah sekali. Semua bahan bisa diperoleh di tempat. Hanya PROMI yang perlu dipesan dulu. Cara ini juga tanpa pencacahan, jadi tidak perlu mesin pencacah atau parang.
Murah . Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih murah, jika ada.
Manfaat . Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat. Insya Allah.
Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.
Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2 . Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8 . Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.


Gambar 3. Menyiapkan air untuk pengomposan jerami.Gambar 4. Aktivator dimasukkan ke dalam bak air sesuai dosis yang diperlukan.Gambar 5. Aduk aktivator hingga tercampur merata.
2 . Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.Gambar 6. Siapakan cetakan kompos yang dibuat dari bambu.
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong- potong terlebih dahulu dengan parang.
Gambar 7. Masukkan jerami dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan kompos.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.

Gambar 8. Setiap lapis tumpukan disiram dengan aktivator secukupnya.
5. Injak-injak agar jerami padat.

Gambar 9. Setiap lampis tumpukan jerami diinjak-injak agar padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
Gambar 10. Tumupkan jerami yang siap ditutup dengan plastic.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.

Gambar 11. Tumpukan jerami ditutup dengan plastic.
11. Ikat plastic dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.Gambar 12. Tumpukan diinkubasi selama satu bulan.
Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.Gambar 13. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama masa fermentasi.

[ isroi ] link Terkait:
Kompos Jerami; Mudah Murah dan Cepat

Read more...

Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi

Masalah Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui

Saya ingin menekankan masalah pengomposan
ini, karena hampir selalu ditemui pada teman-teman yang baru pertama kali mengomposkan jerami, yaitu:
KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya.Oleh karena itu sangat saya sarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu
pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali.

Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
Gambar 14. Jerami yang kering dan tidak merata kandungan airnya.
Gambar 15. Tumpukan jerami dibalik dan disiram air agar proses penguraian dapat berjalan seperti yang diinginkan.
Panen dan Aplikasi Kompos Jerami
Gambar 16. Kompos jerami yang sudah jadi: warna coklat kehitaman, lunak dan volumenya menyusut.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
Jerami berwarna coklat kehitam- hitaman,
lunak dan mudah dihancurkan,
suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
tidak berbau menyengat, dan
volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Gambar 17. Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur.

Read more...